Assalamu`alaikum
Wr.Wb
Semangat
pagi sivitas akademik Indonesia dan calon pejuang pendidikan masa depan J
Kali
ini saya akan membagi wacana hasil diskusi mengenai Pendidikan Masa Depan.
Pendidikan merupakan salah satu acuan dasar untuk menilai dan menjadi tolak
ukur kemajuan suatu Negara. Jika pendidikannya berhasil maka akan menghasilkan
cikal bakal negarawan dan generasi masa depan yang unggul. Jika memiliki
regenerasi unggul maka dapat dipastikan dapat bersaing dengan Negara – Negara
lain, pastinya generasi yang Broadknowledge
(berpengetahuan luas), berkarakter, dan bersemangat dalam menjalankan
kehidupan, bukan generasi yang apatis (acuh) terhadap persoalan – persoalan
yang terjadi di sekitarnya. Sesuatu yang besar dapat dihasilkan dari sesuatu
yang kecil. Jadi jangan takut memulai sesuatu yang baik dari hal yang kecil
untuk dapat menghasilkan manfaat yang besar, mungkin jika kita tidak merasakan
manfaatnya sekarang bisa saja ada banyak orang di luar sepengetahuan kita yang
merasakan manfaatnya, bisa saat ini, esok, lusa, dan generasi yang akan datang.
Believe it J.
Perlu
kita ingat jasa – jasa para pahlawan yang terus berjuang tanpa pamrih untuk
kemajuan dan keberhasilan bangsa Indonesia. Banyak pahlawan yang gugur dalam
peperangan hanya untuk membela bangsanya. Subhanalla
semoga mereka semua di muliakan disisi-Nya. Walaupun demikian apa yang sudah
mereka lakukan merupakan salah satu pergerakan untuk kemerdekaan Indonesia.
Jadi kita sebagai generasi muda dan penerus pergerakan kemajuan Indonesia, kita
patut memikirkan cara bagaimana membentuk generasi yang unggul, salah satunya
melalui dunia pendidikan. Ada pertanyaan sebagai awal mula diskusi ini, hanya
satu pertanyaan namun memiliki efek positif jika benar –benar kita fikirkan.
Dan jawaban dari pertanyaan yang dosen/pembimbing saya berikan hanya memerlukan
3 point secara garis besarnya saja dengan jelas dan padat.
“Jika kamu seorang pendidik, Apa yang akan
kamu lakukan untuk Pendidikan Masa Depan?”
Yang
terlintas dalam benak saya saat itu ada 3 pokok utama ;
- Pola pikir (Mindset)
- Kebiasaan
- Karakter
Berikut
penjelasan mengapa saya menggaris bawahi 3 poin tersebut.
1. Pola
pikir (Mindset)
Menurut
saya banyak kekeliruan dari pola berpikir bangsa Indonesia, maka pola pikir
adalah hal pertama yang perlu diperbaiki. Mengapa pola pikir? Karena pola pikir
merupakan tonggak pertama dari setiap perilaku dan perbuatan. Manusia adalah
makhluk yang berfikir (R.F. Beerling). Manusia dapat berfikir karena memiliki
otak yang terletak di kepala. Kepala merupakan pusat dari segala aktivitas
dengan alatnya berupa otak. Otak bagaikan computer raksasa, sebenarnya computer
ini dapat menjalankan berbagai pekerjaan tanpa batasan. Karena otak manusia
memiliki beribu triliun kecerdasan yang jika digunakan dengan maksimal, dan
akan dapat mengalahkan kecerdasan computer canggih sekarang ini. Sayangnya dari
beribu bahkan ratusan triliun kecerdasan yang dimiliki oleh otak manusia, hanya
5 % yang digunakan untuk berfikir, sisanya tertidur dan tersimpan dengan rapih.
Bayangkan jika otak kita digunakan secara maksimal maka kita akan menjadi
khalifatullah yang luar biasa dan serba bisa.
Suatu benda akan
bernilai tinggi jika masih dalam kemasan, tidak memiliki cacat, baru, dan tidak
pernah dipakai bahkan disentuh. Lain halnya dengan otak, otak manusia akan
memiliki daya jual yang tinggi jika sering digunakan, diasah, dan di rangsang
untuk menganalisa dan berfikir. Yang terjadi di Indonesia saat ini justru
sebaliknya, hingga ada lelucon yang membahas tentang perbedaan otak orang
Inggris, Amerika, Jepang, dan Indonesia yang sudah jelas berbeda. Menurut saya
lelucon itu bukan hanya sekedar lelucon, akan tetapi menjadi bahan renungan
bahwa apa yang dijadikan lelucon itu merupakan kenyataan dari salah satu
persoalan yang terjadi di Negara kita dan hal yang perlu diperbaiki.
Disadari atau tidak
banyak fakta pola pikir yang keliru dan bahkan salah, sehingga sudah menjadi setting-an otomatis. Hal ini terjadi
karena masih banyak yang malas berfikir hanya karena mencari sesuatu yang
praktis dan instan dengan cara ‘taqlidul-a`ma’
atau bisa dikatakan ikut – ikutan kebiasaan orang terdahulu tanpa tahu
sebab – dan akibatnya.
Permasalahan Mindset yang keliru juga dilihat dari
cara mengerjakan sesuatu, dan perilakunya. Sebagai calon penerus bangsa kita
perlu merubah mindset adik – adik
kita agar lebih baik. Tentunya dengan cara merubah pola pikir mulai dari diri
kita sendiri terlebih dahulu.
Berikut pemaparan
contoh – contoh yang terjadi di dunia pendidikan (khususnya di Sekolah Dasar):
·
Selalu menunda mengerjakan sesuatu
·
Menggunakan The Power of kepepet, sehingga hasilnya tidak maksimal
·
Mengerjakan pekerjaan rumah disekolah
·
Tidak percaya diri, tidak berani tampil
beda, apa adanya dengan keunikannya sendiri, sehingga tidak menghasilkan
sesuatu yang baru menurut versinya
Sebenarnya
masih banyak contoh yang sebenarnya tidak baik jika dilakukan karena lama
kelamaan akan menjadi suatu kebiasaan.
2. Kebiasaan
Sesuatu
yang berjalan terus menerus, terulang dan menjadi tradisi tak terduga dalam
kehidupannya adalah faktor terbentuknya suatu kebiasaan. Adanya kebiasaan itu
karena mindset sudah terstruktur
seiring dengan berjalannya waktu. Sebenarnya baik dan buruknya kebiasaan
manusia tergambarkan oleh pola pikirnya, karena segala perbuatan berawal dari
pola pikir. Jika kita ingin mengubah kebiasaan yang kurang baik menjadi lebih
baik lagi, maka ada yang perlu diubah dalam benak kita sendiri dengan pola
pikir yang lebih baik.
Kita
adalah calon pendidik generasi penerus yang harus merubah pola pikir bangsa
agar lebih baik lagi. Khususnya bagi anda yang merupakan pendidik yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan, pastinya anda perlu merubah mindset peserta didik anda dengan baik
agar memunculkan kebiasaan yang baik pula.
Kebiasaan
juga timbul karna otak yang menstimulus seluruh pergerakan di tubuh kita untuk
mengerjakan sesuatu. Jika pola pikir dikendalikan oleh otak (head) maka dalam hal kebiasaan yang
berperan adalah hati (heart). Hatilah
yang akan menentukan kebiasaan manusia itu sendiri, jika otak sudah menstimulus
seluruh tubuh untuk melakukan suatu perbuatan dan pergerakan maka hatilah yan
berperan sebagai penyaring/ filter untuk memilih mana yang perlu ia biasakan
dan mana yang tidak perlu. Karena kebiasaan yang sesungguhnya jika sudah
dikuatkan oleh hatinya, yang pada nantinya akan menjadi karakter.
Perlu
diingat bahwa pola pikir yang baik akan menhasilkan kebiasaan yang baik serta
menciptakan karakter yang baik pula, dan jika sudah ada kesalahan dalam pola
pikir maka tidak akan mendapatkan kebiasaan yang baik karena labil dalam melakukan
sesuatu dan tidak akan mengakar dalam hatinya sehingga tidak menciptakan
generasi yang memiliki karakter.
3.
Karakter
Karakter
sudah menjadi pokok permasalahan bangsa kita, ada yang bilang bahwa kita
kekurangan karakter atau miskin karakter. sampai demi terciptanya sebuah
karakter dibentuklah kurikulum 2013 (KURTILAS) yang mencoba mengimplementasikan
setiap pengajaran dengan karakter. Karena dirasakan begitu memberatkan berbagai
pihak dan daerah yang tidak dapat mendukung terjalannya kurikulum ini, maka
pada awal desember 2014 di berhentikan sementara oleh mentri pendidikan di
kabinet kerja yaitu Bapak Anis Baswedan, untuk disempurnakan.
Karakter
dapat digambarkan pada filosofi sebuah pohon. Ketika kita menanam pohon maka
yang kita harapkan adalah pohon yang tumbuh dengan kokoh dan dapat menghasilkan
buah yang berlimpah serta manis rasanya. Sama halnya pada saat kita menanam
benih kebaikan pada pola pikir (Head),
maka yang di harapkan pada anak didik kita adalah dapat menghasilkan suatu
karakter yang baik sebagai bekal dikehidupannya. Benih sebagai cikal bakal
pohon yang sudah kita tanam, jika kita cabut saat pohon itu dalam masa tumbuh
maka tidak akan mengakar dengan baik, sehingga tidak dapat berdiri dengan kokoh
dan menghasilkan buah yang berlimpah dan manis. Begitu pula pada manusia,
pembentukan karakter bukan dengan sekejap dan instan tetapi as Long LIFE Education. Pembentukan
karakter yang benar - benar akan menghasilkan output yang unggul perlu dibenahi
sejak dini. Karena karakter timbul setelah adanya pembiasaan yang menjadi
kebiasaan.
Sebenarnya
ketiga aspek (poin) di atas merupakan kesinambungan satu dengan yang lainnya. Jika
kita benar benar menerapkannya dalam dunia pendidikan maka akan tercipta
generasi yang lebih baik dan bermoral dan menjadikan Indonesia Hebat. Selamat
berproses J.
Salam Penulis,
Annisakhn
Komentar
Posting Komentar