Langsung ke konten utama

Tugas - Revisi Filsafat

No. absen : PGSD 3 C - 17

Nama        : Amalina Khairunnisa

NIM          : 2227132065

HUMANISME DAN EKSISTENSIALISME DALAM PENDIDIKAN

A. HUMANISME

       Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang berbeda yang memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum dalam masalah-masalah atau isu-isu yang berhubungan dengan manusia. Humanisme telah menjadi sejenis doktrin beretika yang cakupannya diperluas hingga mencapai seluruh etnisitas manusia, berlawanan dengan sistem-sistem beretika tradisonal yang hanya berlaku bagi kelompok-kelompok etnis tertentu.  Humanisme modern dibagi kepada dua aliran. Humanisme keagamaan/religi berakar dari tradisi Renaisans-Pencerahan dan diikuti banyak seniman, umat Kristen garis tengah, dan para cendekiawan dalam kesenian bebas.

      Pandangan mereka biasanya terfokus pada martabat dan kebudiluhuran dari keberhasilan serta kemungkinan yang dihasilkan umat manusia. Humanisme sekular mencerminkan bangkitnya globalisme, teknologi, dan jatuhnya kekuasaan agama. Humanisme sekular juga percaya pada martabat dan nilai seseorang dan kemampuan untuk memperoleh kesadaran diri melalui logika. Orang-orang yang masuk dalam kategori ini menganggap bahwa mereka merupakan jawaban atas perlunya sebuah filsafat umum yang tidak dibatasi perbedaan kebudayaan yang diakibatkan adat-istiadat dan agama.

   Humanistik ditinjau dari segi historinya ialah berasal dari suatu gerakan intelektual dan kesusastraan yang pertama kali muncul di Italia pada paruh kedua abad ke-14 masehi. Pergerakan ini merupakan motor penggerak kebudayaan modern, khususnya di Eropa. Sedangkan jika ditinjau dari segi filsafat, humanistik adalah faham atau aliran yang menjunjung tinggi nilai dan martabat manusia, sehingga manusia menduduki posisi yang sangat sentral dan penting, baik dalam perenungan teoritis-filsafati maupun dalam praktis hidup sehari-hari. Maka dalam faham filsafat ini mengatakan bahwa segala sesuatu ukuran penilaian dan referensi akhir dari semua kejadian manusiawi dikembalikan kepada manusia itu sendiri, bukan pada kekuatan-kekuatan diluar manusia (misalnya, kekuatan Tuhan atau alam). Humanisme sebagai suatu gerakan intelektual dan kesusastraan pada prinsipnya merupakan aspek dasar dari gerakan Renaisanse (abad ke 14-16 M.) tujuan gerakan humanisme adalah melepaskan diri dari belenggu kekuasaan Gereja dan membebaskan akal budi dari kungkungannya yang mengikat. Maka dalam batasan-batasan tertentu, segala bentuk kekuatan dari luar yang membelenggu kebebasan manusia harus segera dipatahkan. Kebebasan merupakan tema terpenting dari humanisme, tetapi bukan kebebasan yang absolut, atau kebebasan yang hanya sebagai antitesis dari diterminisme abad pertengahan yang dilakukan oleh orang-orang Gereja pada waktu itu, tapi bukan berarti Humanisme pada waktu itu menentang tentang adanya kekuasaan Tuhan. Namun, mereka percaya bahwa di balik kekuasaan Tuhan, masih banyak peluang bagi manusia untuk menentukan jalan hidupnya, mengembangkan potensi dan memilih masa depannya sendiri, tanpa terbelenggu oleh kodrat atau ketakutan terhadap murka Tuhan.

    Mereka berpedoman bahwa, kebebasan manusia itu ada, dan perlu dipertahankan dan di expresikan. Di awal sudah dijelaskan bahwa manusia adalah pusat dari Realitas, sehingga segala sesuatu yang terdapat di dalam realitas harus dikembalikan lagi pada manusia. Dengan demikian, tidak dibenarkan adanya penilaian atau interpretasi tentang kejadian atau jika humanisme diartikan seperti itu, maka aliran filsafat seperti marxisme, pragmatisme, dan existensialisme dapat dikategorikan ke dalam humanisme.

      Faham marxisme pada dasarnya mendudukkan manusia (masyarakat / kaum buruh) pada pusat kehidupan. Secara teoritis, paling tidak menjunjung tinggi martabat dan kemanusiaan masyarakat buruh.

     Pragmatismepun adalah humanisme, karena paham inipun menempatkan manusia pada posisi yang sentral dalam realitas. Segala sesuatu yang ada pada realitas selalu dihubungkan dengan  kegunaannya bagi manusia dalam menuju hidup yang lebih baik.

       Existensialismepun juga termasuk humanisme. Menurut paham ini, tidak ada dunia diluar dunia manusia, dan di dalam dunianya itu manusia berada dalam posisi yang paling sentral.

        Paham humanisme dalam perkembangannya tidak lagi mengacu pada gerakan pembebasan pada zaman Renaisance dan dari doktrin-doktrin yang membelenggu manusia, melainkan berkembang dalam ilmu-ilmu pengetahuan. Misalnya kita sering mendengar tentang ilmu-ilmu pengetahuan humanistik. Tetapi apakah artinya itu? Wilhelm Dulthey (1833-1911) dalam gagasannya tentang Geisteswissenchaften, yang akan kita jadikan ancang-ancang untuk menjawab tentang pertanyaan di atas. Istilah Geisteswissenchaften bisa kita terjemahkan sebagai “ilmu-ilmu tentang manusia”. Disiplin keilmuan yang menurut Dilthey menggunakan metode ini adalah apa yang biasanya kita sebut ilmu-ilmu sosial, misalnya ekonomi, psikologi, antropologi budaya, sosiologi, ilmu hukum, ilmu politik. Pertanyaan berikutnya adalah di manakah letak humanistiknya Geisteswissenchaften, atau dalam hal apakah Geisteswissenchaften dikatakan sebagai humanistik?

        Konsep Dilthey tentang manusia memang berbau humanisme. Menurut dia, gejala manusia adalah unik dengan tidak berhingga, sehingga tidak dapat disejajarkan begitu saja dengan gejala-gejala alam yang lain. Manusia adalah subyek, bukan obyek. Jawaban tentang pertanyaan yang tepat untuk pertanyaan di atas adalah dengan melihat ciri humanistik Geisteswissenchaften. Yakini, tekanannya pada keunikan, subjektivitas, dan kerohanian manusia. Dalam Geisteswissenchaften manusia ditinggikan nilai dan martabatnya. Namun ada juga kalangan yang tidak setuju dengan teorinya Dilthey tentang Geisteswissenchaften yang seolah-olah meniadakan Naturwissenchaften (alam fisik yang natural).
         Seperti halnya Sosiologi Humanistiknya Max Webber, tidak lalu menghilangkan peran statistik. Demikian pula dengan Psikolog Humanistiknya Abraham Maslow, yang tidak mengabaikan arti pentingnya Behaviorisme dan Psikoanalisa. Satu hal yang tampaknya menjadi trade mark mereka adalah: Manusia yang menjadi “obyek” telaah ilmu-ilmu mereka,
diperlakukan secara hormat sebagai “subyek”. Maka sah saja bagi kita untuk mendefinisikan ilmu-ilmu humanistik sebagai ilmu-ilmu yang menempatkan manusia sebagai subyek, sedemikian rupa sehingga manusia tetap dijunjung tinggi nilai dan martabat kemanusiaannya.

HUMANISME ISLAM ABAD XXI

      Apakah humanisme Islam dapat diimplementasikan dalam pelataran hidup umat manusia pada abad XXI, ternyata merupakan sebuah tanda tanya besar. Tetap tak ada jawaban pasti hingga kini, apakah humanisme Islam memiliki tempat yang istimewa dalam perkembangan sejarah kaum Muslim pada abad XXI. Memang, Islam hadir sebagai agama berpengaruh di dunia justru karena mengandung ajaran yang menjunjung tinggi humanisme. Islam memandang bermakna kehidupan umat manusia (Al Qur’an, 21/Al Anbiyaa’: 10). Itulah mengapa, sejak abad X Islam berhasil mendorong lahirnya kebudayaan dan peradaban yang kemudian memberikan penekanan pada pentingnya warisan ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani Kuno. Inilah yang kemudian ditengarai sebagai “Renaisans Islam”. Sekitar dua abad kemudiaan setelah itu, yakni pada abad XII, Renaisans Islam diduplikasi oleh Renaisans Barat .Apa yang kemudian bisa disimpulkan adalah ini.

     Jika Renaisans Islam pada abad X merupakan momentum waktu bagi terjadinya penyerapan terhadap warisan ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani Kuno, maka Renaisans abad XII di Barat merupakan sebuah kurun waktu bagi terjadinya penyerapan terhadap warisan Yunani Kuno dan warisan Islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat. Indonesia belum merupakan sesuatu yang menarik. Seperti di belahan dunia Muslim yang lain, Islam di Indonesia masih harus bercermin untuk memperbaiki diri. Dan apa boleh buat, cermin itu adalah Renaisans Islam yang pernah ada dalam sejarah.

Sejarah Perkembangan Filsafat Humanisme 
      Sejarah perkembangan aliran filsafat pendidikan humanisme ditelusuri pada masabklasik barat dan masa klasik timur. Dasar pemikiran filsafat aliran filsafat pendidikan ditemukan dalam pemikiran filsafat klasik cina konfusius dan pemikiran filsafat klasik yunani. Aliran psikologi humanis itu muncul sebagai gerakan besar psikologi dalam tahun 1950-an dan 1960-an. Dimana perkembangan peradapan baru itu dikenal dengan nama renaisans yang terjadi pada abad 16. zaman renaisans dikenal dengan sebutan jaman kebangkitan kembali. Selain itu juga dikenal dengan nama jaman pemikiran (age of reason), perkembangan filsafat, ilmu, dan kemanusiaan mengalami kebangkitan setelah lama di kungkung oleh kekerasan dogma-dogma agama.
      Humanisme sebagai suatu gerakan filsafat dan gerakan kebudayaan berkembang sebagai suatu reaksi terhadap dehumanis yang telah terjadi berabad-abad. Terjadi dalam dunia Eropa sebagai akibat langsung dari kekuasaan para pemimpin agama yang merasa menjadi satu-satunya otoritas dalam memberikan intepretasi terhadap dogma-dogma agam yang kemudian diterjemahkan kedalam segenap bidang kehidupan di Eropa. Dalam kontek reaksi ini, pelopor humanisme menjelaskan bahwa manusia dengan segenap kebebasan memiliki potensi yang sangat besar dalam menjalankan kehidupan ini secara mandiri untuk mencapai keberhasilan hidup didunia.
      Perkembangan selanjutnya terjadi pada abad 18. periode perkembangan ini dimasukan kedalam masa penceraha (aufklarung). Tokoh humanis yang muncul adalah J.J Rousseu. Tokoh ini mengutamakan pandangan tentang perkembangan alamiah manusia sebagai metode untuk mencoba keparipurnaan tujuan-tujuan pendidikan. Pada abad 20 terjad perkembangan humanistic yang disebut humanisme kontemporer. Humanisme kontemporer merupakan reaksi protes atau gerakan protes terhadap dominasi kekuatan-kekuatan yang mengancam eksistensi nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalam diri manusia di era modern. Perkembangan lebih lanjut dari filsafat humanis ini adalah berkenaan dengan peran dan kontribusi filsafat eksistensialisme yang cukup memberikan kontribusi dalam filsafat pendidikan humanistic. 

B. EKSISTENSIALISME

1. Pengertian

  Dari berbagai aliran-aliran filsafat yang dipelopori oleh para ilmuan/filosof, maka mengundang/mendorong untuk mengkaji kembali akan kebenaran ide, teori-teori yang telah dikemukakan oleh ofilosof terdahulu yang hidup lebih lama, dengan demikian dari hasil berpikir manusia maka salah satu yang dikembangkan adalah eksistensialisme dan humanisme. Kata eksistensialisme berasal dari kata eks: keluar dari sistensi atau sista=berdiri, menempatkan. Secara umum berarti, manusia dalam keberadaanya itu sadar bahwa dirinya ada dan segala sesuatu keberadaanya ditentuan oleh akunya.
     Selain itu eksistensialisme juga merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar pada eksistensinya, artinya bagaimana manusia berada dalam dunia.

Beberapa pengertian lain:

    Pandangan yang menyatakan bahwa eksistensi bukanlah objek dari berfikir abstrak atau pengalaman kognitif (akal pikiran) tetap merupakan eksistensi/pengalaman langsung, bersifat pribadi dan dalam batin   individu. Dan ditegaskan bahwa eksitensi mendahului esensi.
       Sebuah gerakan filsafat penentang eksistensialisme. Pusat perhatiannya adalah situasi manusia. Eksistensialisme teistik biasanya dianggap berawal dari kiergaard dan eksistensialisme ateistik dari Nietzshe sikap dan pandangan dalam filsafat, teologi dan seni yang menekankan penderitaan, atau rasa gelisah manusia serta menekankan eksistensi manusia dan kualitas-kualitas yang menonjol bagi pribadi-pribadi bukan kualitas manusia yang abstrak/dunia secara umum.

2. Lahirnya Eksistensialisme

    Eksistensialisme juga lahir sebagai reaksi terhadap idealisme, materialisme dan idealisme adalah dua pandangan filsafat tentang hakikat juga ekstrim, kedua-duanya berisi benih-benih kebenaran, tetapi keduanya salah. Dimana idealisme memandang manusia hanya sebagai subyek hanya sebagai kesadaran. Sedangkan materialisme hanya melihat manusia sebagai objek. Materialisme lupa bahwa barang di dunia ini disebut objek lantaran adanya subjek.

     Salah satu penyebab munculnya ataupun lahirnya eksistensialisme yaitu karena sifat materialisme. Dimana materialisme memandang baik yang kolot maupun yang modern, manusia itu pada akhirnya adalah benda seperti halnya kayu dan batu. Memang orang materialis tidak mengatakan bahwa manusia sama dengan benda seperti batu dan kayu. Akan tetapi, materialisme mengatakan bahwa pada hakikatnya, jadi pada prinsipnya pada dasarnya manusia hanyalah sesuatu yang material.
   Dalam keadaan seperti itu, filosof melihat pada diri krisis itu. Maka dari proses itu ditampilah eksistensialisme yang menjadikan manusia sebagai subjek dan sekaligus objek. Manusia dijadikan tema sentral dalam perenungan.
   Lahirnya eksistensialisme juga didorong munculnya oleh situasi dunia pada umumnya. Dimana eksistensialisme lahir sebagai reaksi terhadap dunia, terutama dunia eropa barat. Keadaan dunia pada wakti itu tidak menentu. Rasa takut berkecamuk, terutama terhadap ancaman perang. Tingkah laku manusia telah menimbulkan rasa muak. Penampilan manusia penuh rahasia. Nilai sedang mengalami krisis. Bahkan manusianya sendiri sedang mengalami krisis. Manusia menjadi orang yang gelisa, merasa eksistensinya terancam oleh ulahnya sendiri.

3.  Tujuan Eksistensialisme

     Eksistensialisme bereaksi terhadap rasionalisme zaman pecerahan, dan filsafat jerman kontianisme dan positivisme yang menyebar luas pada akhir abad ini. Melawan pendangan-pendangan yang menempatkan menusia pada tingkat impersonal/abstrak.

  Mencoba menjawab pertanyaan bagaimana manusia seharusnya hidup sesudah ilusi tentang kebebasannya hancur berantakan oleh malapetaka yang begitu banyak dalam sejarah bencana historis menghancurkan ilusi tentang kebebasan manusia.

4.  Ciri-ciri pokok Eksistensialisme

    Di dalam filsafat eksistensi manusia dipandang sebagai terbuka. Manusia adala realitas yang belum selesai, yang duia sekitarnya terlebih lebih pada sesama manusia.Filsafat eksistensialisme memberi tekanan pada pengalaman kongkrit, pengalaman eksistensial.
    Motif pokok adalah apa yang disebut eksistensi, yaitu cara manusia berada, hanya manusialah yang bereksistensi. Eksistensi adalah cara khas manusia berada. Pusat perhatian ada pada manusia, karena itu bersifat humanistik.Bereksistensi harus diartikan secara dinamis. Bereksistensi berarti menciptakan dirinya secara kreatif. Bereksistensi berarti berbuat menjadi merencanakan, setiap saat, manusia menjadi lebih atau kurang dari keadaanya.

5. Tokoh-tokoh eksistensialisme

1) J. P. Sartree

Menurut sarte eksistensi manusia mendahului esensinya. Pandangan ini sangat janggal sebab biasanya sesuai harus ada esensinya lebih dulu sebelum keberadaanya. Serta menggabungkan semua tema eksistensialisme ateitik, kebebasan radikal, manusia dan posisinya sebagai keadaan ketiadaan yang meniadakan (kematian Allah) pencari nilai, otentis, adanya kecemasan mendalam dan ketiadaan sebagai kategori pokok.

2) Ortega

Menandaskan individu kongrit 2 “rasio vital” manusia tak punya hakikat tetapi sejarah, namun begitu tujuan manusia adalah autentisitas.

3) Nietzshe

Menyumbangkan gerakan itu dengan tema”Allah mati” tiap individu mesti mencari nilai-nilainya sendiri, sebagai jembatan menuju masa depan.

4) Jaspens

Membangun filsafat eksistensi (eksistenz phiosophy) seputar ide autentisitas.

5) Gabriel Marcel

Bahwa manusia tidak  hidup sendirian, tetapi bersama-sama dengan orang lain. tetapi pada itu hidup memiliki kebebasan yang bersifaat otonom. Dalam pada itu ia selalu dalam situasi yang ditentukan oleh kejasmaniannya. Dari luar ia dapat menguasai jasmaninya.

    Manusia bukanlah makhluk yang statis, sebab ia senantiasa menjadi (berproses). Ia selalu menghadapi objek yang harus diusahakan, seperti yang tampak dalam hubungannya dengan orang lain. dapat disimpulkan filsafatnya marcell, ia menandaskan keunggulan yang kongrit atas abstrak, dan misteri yang ada.

Mengkaitkan Aliran Eksistensialisme dengan Humanism dalam Dunia Pendidikan

     Pemikiran filsafat eksistensialisme menyebutkan bahwa: "Manusia memilki keberadaan yang unik dalam dirinya berbeda antara manusia satu dengan manusia lain. Dalam hal ini telaah tentang manusia diarahkan pada individualitas manusia sebagai unit analisisnya. Eksistensialis lebih memperhatiakn pemahaman makna dan tujuan hidup manusia ketimbang melakukan pemahaman terhadap kajian-kajian ilmiah, dan metafisika tentang alam semesta. Kebebasan individu sebagai milik manusia adalah sesuatu yang paling utama dan paling unik, karena setiap individu memilki kebebasan untuk memilki sikap hidup, tujuan hidup dan cara hidup sendiri."

    Aliran filsafat eksistensialis ini kemudian dikembangkan dalam dunia pendidikan karena fungsi pendidikan adalah memberikan proses perkembangan manusia secara otentik. Manusia otentik adalah manusia yang dalam kepribadian diri memilki tanggung jawab dan kesadaran diri untuk menghadapi persoalan-persoalan hidup dalam alam hidup modern Kedua aliran tersebut memberikan perkembangan pada aliran filsafat pendidikan humanisme.

      Hal ini dapat ditunjukan melalui pengembangan konsep perkembangan psikologis peserta didik dan metode pengajaran yang sesuai dengan perkembangan humanistic setiap individu.Aliran psikologi humanistic memiliki pandangan tentang manusia yang memilki keunikan tersendiri, memilki potensi yang perlu diaktualisasikan dan memilki dorongan-dorongan yang murni berasal dari dalam dirinya. Individu manusia yang telah berasal dari dirinya (Hanurawan,2006). 

    Oleh karnanya pada kurikulum 2013, anak di ajak untuk belajar dengan kreatifitasnya sendiri bukan dari apa yang telah dilakukan oleh gurunya. Disini guru sebagai pembimbing dan mengarahkan jika sang anak mengalami kekeliruan. Pada kurikulum ini dapat dilihat bahwasanya setiap pembelajaran menggunakan sesuatu yang konkrit atau dihadapkan langsung pada pokok pembelajaran. Misalnya, tema pembelajaran mengenai perubahan wujud benda dengan membawa es batu, maka sang guru perlu menyajikannya dengan hal yang konkrit dan anak bisa mengetahui langsung bahwa perubahan zat padat menjadi cair yaitu pada es batu yang mencair. Hal itu akan lebih mudah diingat oleh anak karena anak mempraktekannya secara langsung. Hal ini berkaitan dengan ciri dari eksistensialisme yaitu filsafat eksistensialisme memberi tekanan pada pengalaman kongkrit, pengalaman eksistensial

Di Indonesia terdiri dari berbagai suku dan agama, walaupun mayoritas penduduknya beragama muslim namun dapat kita lihat bahwa adanya rasa humanis yang tinggi di Indonesia. Hal ini di buktikan dengan banyaknya toleransi yang baik antar umat beragama. Misalnya saja pada dunia pendidikan. Di setiap sekolah dapat menerima murid dari berbagai
agama, sekolah tidak membatasi atau tidak memberi peraturan khusus bahwa yang non muslim dilarang bersekolah walaupun mayoritas penduduknya beragama islam. Toleransi ini merupakan salah satu contoh dari humanism dimana memanusiakan manusia tanpa adanya melihat perbedaan dari setiap umat beragama, dan yang menjadi porosnya adalah kita sama sama manusia yang saling berhubungan dan membutuhkan satu sama lain.

Sumber:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertanyaan untuk Wawancara Kurikulum 2013

Kali ini saya mem posting  salah satu tugas dari Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran. Tugasnya yaitu membuat pertanyaan sebanyak - banyaknya yang kemudian akan di jadikan Kisii - Kissi dalam bentuk tabel,   sebagai patokan dalam wawancara. Sehingga dapat memudahkan kita dalam membawa alur pembicaraan pada saat wawancara nanti. Dan disini saya mendapatkan 40 butir pertanyaan sebagai bekal untuk wawancara. Selamat berproses :). NO.ABSEN :PGSD 3/C-17 NAMA :AMALINAKHAIRUNNISA NIM :2227132065 NO.HP :087808724495 MATA KULIAH :KURIKULUM & PEMBELAJARAN PERTANYAAN- PERTANYAAN WAWANCARA 1. Apakah Kurikulum 2013 itu? 2. Apa tujuan di bentuknya Kurikulum 2013? 3. Apa perbedaan K-13 dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)? 4. Mengapa berbagai pihak menolak adanya K-13? 5. Mengapa Kurikulum diubah? 6. Apa kekurangan dari K-13? 7. Apa kelebihan dari K-13? 8. Jika K-13 berbasis tema, lalu ada mata pelajaran apa saja di SD? 9. Bagaimana proses pembelajaran

Hasil Wawancara tentang Kurikulum 2013

Berikut hasil wawancara yang saya lakukan dengan teman biacara dan diskusi seorang guru yang berpengala man dalam mengajar dengan kurikulum 2013. IDENTITAS WAWANCARA Nama                                       : Evi Ridawati, S. Pd, M. M NIP                                          : 1964041419084102010 Tempat, Tanggal, Lahir           : Serang, 14 April 1964 Alamat                                     : Jln. Resik II No. 56 RT 006/004 Kramatwatu, Serang 42161, Serang, Banten Jabatan                                     : Guru Kelas Tempat Mengajar                    : SDN Kramatwatu 3 Facebook                                 : Ratih Bahar/ Evi Bahar HASIL WAWANCARA Narasumber               : Evi Ridawati, S. Pd, M. M Jabatan                       : Guru Kelas Hari, Tgl                     : Minggu, 14 Desember 2014 1.       Apakah Kurikulum 2013 itu? Jawab: “kurikulum yang berbasis tema di materi pembelajarannya, yang mengutamakan pendidikan

Asal Usul Kramatwatu

Nama kramatwatu adalah sebuah kecamatan di kabupaten Serang. Untuk mengetahui asal usul daerah dimana saya tinggal tidak cukup jika hanya browsing melalui internet saja, tetapi disini saya mencari sumber dari warga setempat. Hal ini disebabkan oleh minimnya postingan mengenai asal usul kramatwatu. Jika dilihat dari beberapa objek yang ada di kec. Kramatwatu seperti Tasikardi dan gunung pinang, mungkin bisa kita tarik kesimpulan dari kisah adanya gunung pinang di kec. Kramatwatu ini. Singkat cerita ada seorang anak yang durhaka pada ibunya, kemudian perahu yang digunakannya terbalik dan akhirnya menjadi gunung pinang. Jika di Sumatra ada kisah malin kundang yang menjadi batu, di Bandung ada tangkuban parahu, maka di kramatwatu ada pula cerita gunung pinang yang menurut saya kolaborasi  dari kisah Malin kundang dengan tangkuban parahu. Tangkuban parahu merupakan nama objek wisata yang dimana berada didaerah Bandung dan menggunakan bahasa sunda sehingga daerah dimana saya tinggal m