Langsung ke konten utama

Dunia kampus dengan Filosofi Lalat dan Lebah (Ceritaku - Part 1)


(Ceritaku - Part 1)

Dalam suatu perjalan menuju kampus secara tidak sengaja saya mendengar seorang penyiar yang sedang membicarakan tentang filosofi lalat dan lebah di balik gelombang radio. Samar - samar saya dengarkan penyiar itu memaparkan filosofinya. Kurang lebih inti dari ilosofi yang saya dengar seperti ini, “ Suatu ketika lalat ingin melewati sebuah ruangan dan di hadapkan dengan kaca bening ia akan mencoba keluar dari kaca tersebut. Saat ia mencoba keluar melalui kaca tersebut ternyata ia gagal, lalat tersebut membentur kaca, namun ia tak menyerah, lalat tersebut kemudian bangkit dan mencoba lagi, lagi, dan lagi. Lalat tak pernah mencoba keluar dari tempat yang berbeda ia hanya fokus pada tempat pertama ia coba sampai pada akhirnya iya tak pernah berhasil keluar dari tempat tersebut. Lainhalnya dengan lebah ia akan mencoba dari berbagai sudut.” “Kenapa lalat tak pernah berhasil keluar dari tempat tersebut dan terjebak pada beningnya kaca? Karna ia tak pernah mencoba dari celah yang lain, kalau saja lalat tersebut mencoba dari celah yang lain mungkin ia akan berhasil. Namun apa daya lalat tetaplah lalat, karena lalat takkan pernah berhasil. Maka jadilah seperti lebah, jangan seperti lalat”.
Selepas dari perjalanan dan sesampainya saya di kampus, filosofi yang peniyar itu paparkan membuat saya merenung dan berfikir. Manusia kadang kala seperti lalat yang selalu terfokus pada suatu hal tanpa memperdulikan hal lain di sekelilingnya, yang pada dasarnya akan memberikan jawaban atas apa yang ia tidak dapatkan dari hal yang ia fokuskan. Dan filosofi itu membuat saya bersyukur atas apa yang sudah saya alami. Saya mem-flashback memori saya ketika saya berkeinginan masuk ke jurusan arsitektur pada saat setelah pelepasan masa dari bangku SMA ke perguruan tinggi. Pada saat itu masa dimana para remaja merasakan dilema atas suatu pilihan kecil yang akan di jalaninya dalam proses menata masa depan. Mulai dari memikirkan perguran tinggi mana dan jurusan apa yang akan dipilihnya nanti. Apakah ia akan memilih sesuai hobinya, kemampuannya, keinginannya, ataukah keinginan orang tuanya?. Hal demikianpun terjadi pula dengan saya, dimana saat itu saya berkeinginan masuk ke jurusan Arsitektur dimanapun tempatnya. Mulai dari SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) sampai dengan SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) saya memilih sesuai dengan hobi dan keinginan saya, dan dari kedua tahap seleksi tersebut ternyata saya belum berhasil mendapatkan jurusan atau perguruan tinggi yang saya inginkan. Dari kedua tahap seleksi tersebut saya tidak pernah memilih perguruan tinggi yang dekat dengan daerah saya yaitu Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, karena jurusan yang ada di kampus di mana saya tinggal tidak menyediakan jurusan yang sesuai dengan keinginan dan hobi saya. Sampai pada akhirnya saya mencoba mengikuti jalur UMBPTN (Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri) yaitu jalurerakhir masuk perguruan tinggi negeri yang di selenggarakan atas kerjasama beberapa perguruan tinggi Negeri di Indonesia. Disini saya memutuskan sedikit harapan saya atas keinginan pribadi saya dengan patuh terhadap nasehat orang tua, yang saya yakini bahwa orang tua yang baik tidak akan pernah menjerumuskan anaknya.
Ayah saya seorang karyawan swasta dan ibu saya seorang guru, ibu saya selalu mengarahkan agar saya menjadi seorang guru karena dalam pandangannya seorang wanita akan menjadi seorang ibu dan mengurus anak anaknya kelak, dan menjadi seorang guru merupakan pilihan yang tepat untuk seorang wanita menurutnya. Sedangkan ayah saya memberikan saya kebebasan untuk menentukan pilihan saya sendiri. Apa boleh buat ketika saya sudah mencoba dengan pilihan saya sendiri dan saya belum berhasil, ternyata Allah berkehendak lain ketika saya mengikuti UMBPTN dengan sedikit keterpaksaan dan saya di terima di tempat dimana saya duduk mencari ilmu sekarang. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa kampus yang dari awal tidak pernah terfikirkan oleh saya untuk masuk kedalamnya. Kehidupan merupakan misteri yang tidak akan terpecahkan jika tidak dihadapi. Walaupun saya masuk dengan keterpaksaan dan berat hati tapi yang saya yakini bahwa ini adalah jalan yang Allah berikan kepada saya yang harus saya jalani dengan sebaik-baiknya. 
Hidup memang selalu memberikan banyak pilihan kepada penghuninya. Tinggal bagaimana maanusia itu sendiri yang menentukan pilihannya atau dengan tidak sengaja tercebur kedalam pilihan yang tidak pernah ia pilih. Sama halnya dengan filosofi lalat dan lebah yang dipaparkan oleh seorang penyiar radio, yang dimana terkadang manusia lupa dengan celah kecil di sekelilingnya yang sebenarnya merupakan jalan lain menuju tempat tujuannya. Hal itupun terjadi kepada saya ketika saya hampir menjadi lalat saat mengikuti tes perguruan tinggi di tahap seleksi SNMPTN dan UMBPTN, yang bersikeras untuk mendapatkan apa yang saya inginkan. Dan saya bersyukur ketika Allah memberika sedikit celah kepada hati kecil saya untuk berfikir, menerima dan mencoba apa yang di nasehatkan oleh ibu saya. And it`s work!. Sampai pada akhirnya saya tidak menjadi seekor lalat yang terjebak pada kedangkalan berfikir, nafsu, dan keegoisan dalam menentukan sebuah pilihan kecil dalam hidup saya. 
Banyak orang mengatakan bahwa menentukan jurusan dan perguruan tinggi jangan dipaksakan atas keinginan orang lain, atau tidak sesuai dengan keinginan dan kemampuan diri sendiri karena itu akan menghambat perjalanan dan kesuksesan. Pernyataan tersebut tidak sepenuhnya saya resapi karna dari pengamatan saya bahwa manusia beranggapan bahwa mereka terjebak dan terbawa suggesti dari statement yang banyak dipaparkan seperti anggapan yang barusan saya paparkan. Padahal yang membuat seorang itu sukses atau tidak adalah dirinya sendiri bukan ketergantungan pada universitas ataupun jurusannya. Universitas dan jurusan hanyalah sarana untuk mencapai kesusksesan itu sendiri, sedangkan belajar didalamnya adalah sebuah proses menjalani hidup dalam menggapai kesuksesan. Saat saya sudah tercebur kedalamnya saya akan berusaha sebaik mungkin. Walaupun di awal perkuliahan saya jalani dengan berat hati, namun saya tidak akan kalah sebelum berperang. Jika saya malas-malasan dan tidak bersungguh-sungguh berarti saya akan tenggelam semakin dalam bukan bangkit dan menuju ke tepi. Maka dari itu saya berusaha sebisa saya menunjukkan bahwa masuk ke jurusan yang bukan pilihan saya bukan berarti akhir dari segalanya. Kita masih bisa berusaha bangkit dan menunjukkan yang terbaik. Bukan melakukan hal yang bodoh dengan cara bermalas-malasan dalam keterpurukan, karena tanpa di sadari itulah yang membuat seseorang itu gagal dan secara tidak langsung membunuh masa depannya sendiri.
Menjalani pendidikan tinggi yang bukan keinginan kita memanglah sulit, namun bukan berarti kita harus terpuruk. Melewati satu semester dengan penuh keyakinan dan kerja keras secara konsisten yang sudah pasti menguras banyak tenaga, karena menjalankan masih dengan setengah hati. Namun keterpaksaan itu sedikit demi sedikit mengikis dengan kehidupan yang saya jalani di kampus, mulai dari bersosialisasi dengan baik, mendapatkan banyak teman, berhubungan baik dengan semua dosen kerjasama yang baik dan kegiatan kegiatan mahasiswa lainnya yang membuat keterpaksaan itu memudar, sampai pada akhirnya hilang. Hilang karena hasil yang saya dapatkan dalam satu semester pertama cukup memuaskan, karena sesuai dengan konsistensi dan memahami cara belajar di dunia kampus. Sehingga itu memberi semangat baru untuk saya, 3.93 merupakan angka yang cukup besar untuk IP semester pada awal perkuliah bagi mahasiswa baru, dan itu bukan hal sulit ketika kita mengikuti semua kegiatan perkuliahan dengan baik. Karena saya percaya bahwa hasil tidak akan berkhianat pada proses. 
Menjaga konsistensi belajar di dunia perkuliahan memang tidak mudah. Butuh prinsip yang kuat untuk menghadapinya, karena organisasi dan teman bisa saja mempengaruhi semangat dalam belajar. Tapi dengan kerjasama yang baik dan pilihan teman yang tepat dapat membantu meningkatkan proses belajar. And it`s work again!!!. Alhamdulillah pada semester kedua bisa mendapatkan IP sempurna. 
Jadi salah jurusan bukan berarti awal dari sebuah kegagalan, tetapi merupakan jalan lain menuju kesuksesan yang tidak pernah kamu bayangkan. 
Saran saya untuk kawan-kawan yang ingin memasuki jenjang perkuliahan, jadilah seorang lebah yang mencari celah sekecil apapun itu, jalani dan laksanakan tugasmu dalam belajar dan membahagiakan orang tua. Jika keinginannya sesuai dengan keinginanmu berarti kamu beruntung dan jika tidak sesuai, jalani dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Karena ridho Allah terdapat pada Ridho Orang tua. Jika sudah mendapatkan ridho dari orang tua maka akan diberi kemudahan dalam menjalaninya. Keep tawakal dan Tetap semangat :) . 


Salam penulis,

Annisakhn

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertanyaan untuk Wawancara Kurikulum 2013

Kali ini saya mem posting  salah satu tugas dari Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran. Tugasnya yaitu membuat pertanyaan sebanyak - banyaknya yang kemudian akan di jadikan Kisii - Kissi dalam bentuk tabel,   sebagai patokan dalam wawancara. Sehingga dapat memudahkan kita dalam membawa alur pembicaraan pada saat wawancara nanti. Dan disini saya mendapatkan 40 butir pertanyaan sebagai bekal untuk wawancara. Selamat berproses :). NO.ABSEN :PGSD 3/C-17 NAMA :AMALINAKHAIRUNNISA NIM :2227132065 NO.HP :087808724495 MATA KULIAH :KURIKULUM & PEMBELAJARAN PERTANYAAN- PERTANYAAN WAWANCARA 1. Apakah Kurikulum 2013 itu? 2. Apa tujuan di bentuknya Kurikulum 2013? 3. Apa perbedaan K-13 dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)? 4. Mengapa berbagai pihak menolak adanya K-13? 5. Mengapa Kurikulum diubah? 6. Apa kekurangan dari K-13? 7. Apa kelebihan dari K-13? 8. Jika K-13 berbasis tema, lalu ada mata pelajaran apa saja di SD? 9. Bagaimana proses pembelajaran

Hasil Wawancara tentang Kurikulum 2013

Berikut hasil wawancara yang saya lakukan dengan teman biacara dan diskusi seorang guru yang berpengala man dalam mengajar dengan kurikulum 2013. IDENTITAS WAWANCARA Nama                                       : Evi Ridawati, S. Pd, M. M NIP                                          : 1964041419084102010 Tempat, Tanggal, Lahir           : Serang, 14 April 1964 Alamat                                     : Jln. Resik II No. 56 RT 006/004 Kramatwatu, Serang 42161, Serang, Banten Jabatan                                     : Guru Kelas Tempat Mengajar                    : SDN Kramatwatu 3 Facebook                                 : Ratih Bahar/ Evi Bahar HASIL WAWANCARA Narasumber               : Evi Ridawati, S. Pd, M. M Jabatan                       : Guru Kelas Hari, Tgl                     : Minggu, 14 Desember 2014 1.       Apakah Kurikulum 2013 itu? Jawab: “kurikulum yang berbasis tema di materi pembelajarannya, yang mengutamakan pendidikan

Asal Usul Kramatwatu

Nama kramatwatu adalah sebuah kecamatan di kabupaten Serang. Untuk mengetahui asal usul daerah dimana saya tinggal tidak cukup jika hanya browsing melalui internet saja, tetapi disini saya mencari sumber dari warga setempat. Hal ini disebabkan oleh minimnya postingan mengenai asal usul kramatwatu. Jika dilihat dari beberapa objek yang ada di kec. Kramatwatu seperti Tasikardi dan gunung pinang, mungkin bisa kita tarik kesimpulan dari kisah adanya gunung pinang di kec. Kramatwatu ini. Singkat cerita ada seorang anak yang durhaka pada ibunya, kemudian perahu yang digunakannya terbalik dan akhirnya menjadi gunung pinang. Jika di Sumatra ada kisah malin kundang yang menjadi batu, di Bandung ada tangkuban parahu, maka di kramatwatu ada pula cerita gunung pinang yang menurut saya kolaborasi  dari kisah Malin kundang dengan tangkuban parahu. Tangkuban parahu merupakan nama objek wisata yang dimana berada didaerah Bandung dan menggunakan bahasa sunda sehingga daerah dimana saya tinggal m